Senin, 11 Oktober 2010

BUKA BERSAMA LINTAS ANGKATAN PMR WIRA SMA NEGERI 1 SURAKARTA

BUKA BERSAMA LINTAS ANGKATAN PMR WIRA SMA NEGERI 1 SURAKARTA

Semuanya dimulai ketika pengurus PMR Wira Smansa yang baru berinisiatif untuk mengadakan buber lintas angkatan. Dari jauh - jauh hari divisi humas sudah bekerja mencari koneksi dari angkatan perintis hingga angkatan ke 9. Usaha mereka tidak sia - sia karena akhirnya terkumpulah nomer telepon dan nama - nama anggota Pmr Wira Smansaska tiap angkatan. Sore itu seksi perlengkapan yang ditugasi mempersiapkan banyak hal , mulai dari ruangan, microphone, tikar, speaker, dan proyektor. Semua persiapan dimulai pukul dua siang. Beberapa jam sebelum buber dimulai , seksi konsumsi sudah sibuk di laboratorium biologi, bukan untuk bereksperimen tapi menyiapkan makanan untuk buber. Buber pun dimulai setelah semua hal sudah siap.

And the story begins . . . .

Hujan deras yang tanpa diduga mengguyur bumi SMAN 1 Surakarta tercinta datang menemani kami menanti para tamu undangan. Kami pun semakin khawatir bila banyak kakak-kakak senior dan subsen tidak datang. Kekhawatiran kami pun hilang setelah para tamu undangan yaitu para anggota PMR WIRA SMA NEGERI 1 SURAKARTA dari seluruh angkatan mulai berdatangan. Tampak kakak-kakak senior memakai dresscode untuk buber kali ini yaitu baju batik. Semua ini tidak akan terjadi apabila tidak ada semangat kekeluargaan yang melekat di setiap hati anggota PMR Wira Sma Negeri 1 Surakarta.

Dan acara pun dimulai . . . .

Buka bersama dibuka dengan sambutan ketua PMR angkatan 8, yaitu Adha Nur Kholif dan pembina PMR WIRA SMA Negeri 1 Surakarta, Bapak Agus Suyanto. Setelah itu acaranya adalah sarasehan, dimulai dari angkatan perintis hingga angkatan 8. Suasana kekeluargaan yang hangat kian terasa di aula SMAN 1 Surakarta. terlihat canda dan tawa menghiasi sore itu. Terpancar rona bahagia dari wajah - wajah para alumni karena melepas kangen. Tidak terasa suara adzan mulai terdengar dari Masjid An-nur. Para tamu undangan mulai meninggalkan ruang aula untuk melaksanakan sholat maghrib. Buka bersama pun dimulai. Seksi konsumsi dibantu seksi - seksi lainnya menghidangkan makanan yang akan disantap. mulai dari teh hingga es buah, dari roti hingga nasi ayam semua tersedia. Setelah selesai berbuka acara dilanjutkan dengan sarasehan lagi. Sekitar pukul tujuh malam acara berakhir, panitia sudah mulai membersihkan ruangan, namun para PMR wira Smansa yang sudah alumni masih berada di dalam aula. mereka bersemangat sekali dalam berembug tentang kegiatan yang dapat mempererat hubungan antar angkatan dan yang dapat memajukan PMR Wira Smansa. sungguh hari itu merupakan hari yang indah bagi kami PMR Wira SMAN 1 Surakarta. PMR Go Go Go!!



registrasi di sekreteriat

suasan saat buber berlangsung

diakhiri dengan foto bersama




0 komentar:

Jumat, 27 Agustus 2010

Latgab PMR 2010 Surakarta

31 Juli – 21 Agustus 10
Hello pren, gimana kabarnya nih (luarbiasafantastisyes). Yah begitulah kami harus menjawab salam dari para pengurus PMR PMI cabang Surakarta. Tapi sebelum itu mari kita mundur sedikit pada H- 1 sebelum latgab dimulai. Pas waktu itu toh tmen – temen, tenda buat kontingen smansa harus rela mendapat tempat yang jauuuuh banget dari kesekertariatan, ya pojok – pojok gitu deh. Hal ini disebabkan karena kami telat mendirikan tenda, so sore – sore gituh seorang senior yang bernama Dhi Fadlin yang biasa dipanggil Odik berinisiatif buat mendirikan tenda bersama beberapa teman kita tercinta, Kholif, Wahyu, Lingga, and Fatur.

Lanjut...

Keesokan harinya kami para peserta latgab yang terdiri dari Wahyu, Anton, Hanifah, Khanifah, Galuh, Pita, and Isti, Isna juga kumpul di depan sekolah kita tercinta jam 6 tidak tepat karena ada yang molor – molor gituh. Setelah berdoa, bermodalkan semangat dan niat yang kuat dan disertai dengan ilmu yang pas – pas an, kami berangkat ke bumper.

Sesampainya di bumper...

Kaget dengan posisi tenda cewek yang tidak menguntungkan kami berusaha menerima dengan pasrah. Tenda cowok belum dibangun ya soalnya yang bawa tenda belum datang. Akhirnya tenda cewek disuruh pindah 2x dari tempat semula. Padahal  ga ada yang bisa mbangun tenda. Dengan sedikit akal bulus kami bisa buat tenda cewek berdiri dengan kokoh... ya beneran kokoh. Lokasi tenda yang baru lebih hangat dan nyaman, dekat dengan wese dan dekat dengan tempat parkir, dekat juga dengan tempat wudhu, tapi jauh dari kesekertariatan. Dengan akal licik kami tenda cowok kami dirikan di dekat tenda cewek. Ga ada maksud apa – apa sih, buat rame - rame aja.
Setelah menata barang – barang kami di tenda, kami mengikuti upacara pembukaan yang ditandai dengan pemakaian co card pada masing – masing peserta. Upacara tersebut berlangsung dengan khidmat. Setelah upacara kami dibagi dalam kelompok – kelompok yang terdiri dari 7 prinsip dasar kepalangmerahan yaitu kemanusiaan, kesamaan, kenetralan, kemandirian, kesukarelaan, kesatuan, kesemestaan. Dalam kelompok – kelompok tersebut kami  benar – benar dicampuradukkan dengan peserta dari sekolah - sekolah lain di kota Surakarta ini. Tujuannya adalah kami dapat mempererat tali persahabatan antar unit PMR. Dalam kelompok tersebut kami ditugasi untuk mengenal nama teman – teman baru kami secepat mungkin, kami juga harus membuat yel yel yang seru buat diadu dengan kelompok lain.

Setelah serangkaian acara tersebut kami mendapatkan waktu untuk ishoma. Setelah itu kegiatan kami lanjutkan dengan berjalan menuju ke jembatan di bantaran sungai Bengawan Solo. Di sana kami diuji keberaniannya untuk melakukan rapling, yaitu turun dari jembatan dengan menggunakan tali. Pada awalnya kami takut – takut untuk mencoba, eh tapi akhirnya malah banyak yang ketagihan hehe. Setelah acranya selesai kami dipersilahkan untuk kembali ke tenda kami.

Sore harinya kami membuat kerajinan tangan dari alat dan bahan yang sudah kami bawa. Kami mengerjakannya dengan kontingen masing – masing. Setelah jadi, hasil kerajinan tangan tersebut dipresentasikan di depan seluruh peserta PMR Wira. Kontingen SMA 1 membuat bedug, frame foto, dan boneka orang – orangan.Fungsinya masing – masing adalah : Bedug mengingatkan bahwa sesibuk apapun kita, kita tidak boleh lupa untuk sembahyang, frame foto dapat digunakan untuk menyimpan foto – foto kenangan kita, dan boneka orang – orangan mengingatkan kita supaya tidak hanya memikirkan diri sendiri, tetapi juga orang lain.

Malamnya.....


Hari belum berakhir guys, malam ini kami masih mendapatkan pengarahan dari PMI pusat, nah dalam pengarahan malam itu lagi – lagi kami diberikan materi tentang 7 prinsip dasar kepalangmerahan. Dari serangkaian peristiwa itu kami mengambil kesimpulan bahwa 7 prinsip dasar kepalangmerahan memang sangat vital bagi kita para kawula muda ini, jadi jangan sampai nggak hafal yaa. Setelah acara selesai kami kembali ke tenda. Tidak disangka tidak dinyana kami dibelikan teh hangat dan gorengan. Thx buat yang mbeliin yaa.

Keesokan harinya....

Sebelum mentari mengintip bumi kami sudah bangun dan bersiap – siap menuju ke lapangan. Di lapangan kami mengikuti senam yang di instrukturi oleh mas Maman dan mas Vicky  nama senam itu adalah senam malaikat. Karena judul nya saja senam malaikat maka anggota tubuh yang banyak kami gunakan adalah kedua tangan kami, lha nggak punya sayap -,- . Karena gerakannya yang simple dan sangat mudah untuk ditirukan kamipun kesulitan untuk mempraktekkannya. Bukan soal apa – apa, ya karena gerakannya sangat menyiksa tangan kami. Senam tersebut benar – benar melatih kami sebagai PMR yang harus kuat  dan memiliki ketahanan tubuh yang tinggi.


Seelah mengikuti senam kami dipersilahkan untuk mandi – mandi dan sarapan. Setelah sarapan kami berkumpul berdasarkan kelompok kami masing – masing. Dan kami siap untuk melakukan traveling. Nah traveling ini terbagi dalam 7 pos. Pada pos pertama kami diajari menyanyikan lagu yang sangat asing bagi sebagian besar dari kami, yaitu Bakti Remaja. Pada pos ke dua kami diajari tentang kepemimpinan dan kesatuan dalam kelompok. Pada pos ke tiga kami diajari untuk melakukan assesment dan bidai membidai. Pada pos ke empat kami diajari untuk bisa hidup sehat di dalam keluarga. Pada pos ke lima kami diajak untuk saling membagikan masalah kesehatan remaja. Pada pos ke enam kami diajari cara untuk menyelamatkan diri saat terjadi bencana alam. Pada pos ke tujuh kami diberi materi tentang donor darah, baik dari syarat – syarat sampai manfaat.

Serangkaian acara traveling yang padat pun kami lalui. Kami beristirahat dan bersiap – siap untuk acara selanjutnya. Acara kami yang selanjutnya adalah pembuatan mading. Seluruh bahan yang kami bawa dari rumah pun menjadi hampir percuma karena peraturan yang diberikan panitia bahwa kami harus membuat mading tetapi harus berbahan alami. Nah kami pun dengan sigapnya mengumpulkan rumput – rumput kering, dedaunan kering, dan bahkan ada yang memotong daun pisang.. hehe siapa tuuh. Perang dingin pun dimulai, dengan segala kreatifitas dan kemampuan imajinasi kami, kami berhasil membuat mading yang, yaa lumayan indah lah untuk dijadikan pajangan. Setelah itu kami diberi waktu untuk berkumpul untuk membahas pertunjukan yang akan kami tampilkan pada pensi malam nanti. Setelah diskusi yang cukup lama dan alot akhirnya kami mencapai kata mufakat. Setelah itu kami ishoma lagi.

Malam harinya.....

Di dalam naungan kehangatan api unggun dan syahdunya malam itu kami para peserta latgab malah membuat kegaduhan dengan pertunjukan – pertunjukan yang kami tampilkan. Ada yang seru, ada yang gak maksud, ada juga yang membingungkan. Pokoknya malam yang berkesan deh. Malam itu juga ditutup dengan pentas seni dari panitia latgab. Ada yang sudah kembali ke tenda karena ngantuk, tapi ada juga yang masih setia menonton. Ketika saya wawancarai katanya acara kayak gini sekali seumur hidup mas.

Keesokan harinya....


Hari itu merupakan hari terakhir bagi kami, tetapi bukan berarti kami bisa santai – santai. Justru kegiatan yang paling berat yang akan kami laksanakan ada di hari ini yaitu Penanggulangan Bencana Alam. Dalam kegiatan Penanggulangan bencana alam ini kami bekerjasama sebagai kelompok besar dalam menanggulangi bencana alam. Kami PMR wira juga digabung bersama PMR madya. Kelompok besar ini terbagi menjadi Komandan , Triage, PP, Evakuasi Transportasi, RFL, Rumah sakit Umum, dan Dapur Umum.

Komandan bertugas untuk mengkoordinasi seluruh divisi – divisi dalam PBA ini. Triase bertugas untuk menentukan apakah korban luka ringan, luka sedang, luka parah, atau sudah meninggal, petugas triase dituntut memiliki kemampuan penilaian keadaan yang bagus. PP bertugas untuk menolong korban yang telah ditandai oleh petugas triase, tentunya harus didahulukan yang luka parah. Evakuasi Transportasi bertugas untuk membawa korban dari tempat kejadian ke rumah sakit umum. RFL (Restoring Family Link ) bertugas untuk mempertemukan korban bencana alam dengan anggota keluarganya. Rumah sakit umum merupakan tmpat dimana para korban bencana alam ditempatkan dan ditolong. Dapur umum merupakan tempat untuk menyiapkan makanan bagi tim lain maupun bagi korban bencana alam. Kegiatan inilah yang benar – benar menjadi gong dan sangat menguras tenaga. Walaupun begitu kami menjalaninya dengan sukacita.

Setelah kegiatan PBA kami berkemas – kemas untuk bersiap pulang. Kami mengakhiri acara latgab tersebut dengan upacara penutupan dan ditandai dengan pelepasan co card kami pun resmi telah menunaikan latgab kami. Sebelum benar – benar pulang kami juga sempat berfoto bersama, tanda tangan di baju dan tukar menukar nomer telepon. Buat temen – temen yang belum pernah ikut latgab cobain dehh dijamin JOZZ TENAN. Hehehe. 

0 komentar:

Susunan Panitia Buber Lintas Angkatan 2010/2011

Ketua              : Adha Nur Kholif P

Wakil              : Fathur Ahmadi

Sekertaris       :  Nurrahim

                         Isnaini Anisa

Bendahara      :  Kartika N

                         Estu

Korlap           :  Widoretno P

                         Jeffrey Lingga B

Humas           :   Rizal Yunan R

                         Pitaloka

Konsumsi      :   Istiqomah H   Tias

                         Oki Dias

Acara            :   Ulfah

                         Zakiyah

Dokumentasi :   Amalia Novia

                         Ita S

Perkap          :  Anton G

                        Wahyu

                        Satriyo Teguh

                        Iqbal Amry

0 komentar:

Jumat, 13 Agustus 2010

Pertolongan Pertama pada Perdarahan


Yang dimaksud dengan pendarahan adalah peristiwa keluarnya darah dari pembuluh darah karena pembuluh tersebut mengalami kerusakan. Kerusakan ini bisa disebabkan oleh benturan fisik, sayatan, atau pecahnya pembuluh darah yang tersumbat.

Berdasarkan letak keluarnya darah, pendarahan dibagi menjadi 2 macam, yaitu pendarahan terbuka dan pendarahan tertutup. Pada pendarahan terbuka, darah keluar dari dalam tubuh. Tekanan dan warna darah pada saat keluar tergantung dari jenis pembuluh darah yang rusak. Jika yang rusak adalah pembuluh arteri (pembuluh nadi), maka darah memancar dan berwarna merah terang. Jika yang rusak adalah pembuluh vena (pembuluh balik), maka darah mengalir dan berwarna merah tua. Jika yang rusak adalah pembuluh kapiler (pembuluh rambut), maka darah merembes seperti titik embun dan berwarna merah terang.

Pada pendarahan tertutup, darah keluar dari pembuluh darah dan mengisi daerah di sekitarnya, terutama dalam jaringan otot. Pendarahan ini dapat diidentifikasi dengan adanya memar pada korban.

Bentuk lain dari pendarahan tertutup adalah pendarahan dalam. Pada pendarahan dalam, darah yang keluar dari pembuluh darah mengisi rongga dalam tubuh, seperti rongga dalam perut. Pendarahan ini dapat diidentifikasi dari tanda-tanda pada korban, seperti:

- Setelah cidera korban mengalami syok, tapi tidak ada tanda-tanda pendarahan
- Tempat cidera mungkin terlihat memar yang terpola
- Lubang tubuh mungkin mengeluarkan darah

Pengendalian pendarahan bisa bermacam-macam, tergantung pada jenis dan tingkat pendarahannya. Untuk pendarahan terbuka, pertolongan yang bisa diberikan antara lain:

- Tekan langsung pada cidera

Penekanan ini dilakukan dengan kuat pada pinggir luka. Setelah beberapa saat, sistem peredaran darah akan menutup luka tersebut. Teknik ini dilakukan untuk luka kecil yang tidak terlalu parah (luka sayatan yang tidak terlalu dalam).

- Elevasi

Teknik dilakukan dengan mengangkat bagian yang luka (tentunya setelah dibalut) sehingga lebih tingggi dari jantung. Apabila darah masih merembes, diatas balutan yang pertama bisa diberi balutan lagi tanpa membuka balutan yang pertama.

- Tekan pada titik nadi

Penekanan titik nadi ini bertujuan untuk mengurangi aliran darah menuju bagian yang luka. Pada tubuh manusia terdapat 9 titik nadi, yaitu temporal artery (di kening), facial artery (di belakang rahang), common carotid artery (di pangkal leher, dekat tulang selangka), brachial artery (di lipatan siku), radial artery (di pergelangan tangan), femoral artery (di lipatan paha), popliteal artery (di lipatan lutut), posterior artery (di belakang mata kaki), dan dorsalis pedis artery (di punggung kaki).

- Immobilisasi

Immobilisasi bertujuan untuk meminimalkan gerakan anggota tubuh yang luka. Dengan sedikitnya gerakan diharapkan aliran darah ke bagian yang luka tersebut menurun.

- Tourniquet

Teknik ini hanya dilakukan untuk menghentikan pendarahan di tangan atau kaki saja, merupakan pilihan terakhir, dan hanya diterapkan jika ada kemungkinan amputasi. Bagian lengan atau paha atas diikat dengan sangat kuat sehingga darah tidak bisa mengalir. Dahi korban yang mendapat tourniquet harus diberi tanda silang sebagai penanda dan korban harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapat penanganan lebih lanjut. Jika korban tidak segera mendapat penanganan, bagian yang luka bisa membusuk.

Berbeda dengan pendarahan terbuka, pertolongan yang bisa diberikan pada korban yang mengalami pendarahan dalam adalah sebagai berikut:

- Rest

Korban diistirahatkan dan dibuat senyaman mungkin.

- Ice

Bagian yang luka dikompres es hingga darahnya membeku. Darah yang membeku ini lambat laun akan terdegradasi secara alami melalui sirkulasi dan metabolisme tubuh.

- Commpression

Bagian yang luka dibalut dengan kuat untuk membantu mempercepat proses penutupan lubang/bagian yang rusak pada pembuluh darah.

- Elevation

Kaki dan tangan korban ditinggikan sehingga lebih tinggi dari jantung.



~ Dirangkum dari diklat PMI ~

0 komentar:

Apel PMR

Urutan apél yang digunakan dalam PMR

  1. Pemimpin apél memasuki lapangan apél.
  2. Pemimpin apél menyiapkan barisan.
  3. Pembina apél memasuki lapangan apél.
  4. Penghormatan kepada Pembina apél dipimpin oleh pemimpin apél.
  5. Laporan pemimpin apél kepada pembina apél bahwa apél akan segera dimulai.
  6. Pembacaan 7 prinsip dasar Gerakan Palang Merah Internasional.
  7. Pembacaan Tribakti Palang Merah Remaja.
  8. Menyanyikan lagu Indonesia Raya dilanjutkan dengan Mars Palang Merah Indonesia.
  9. Amanat Pembina, peserta diistirahatkan.
  10. Peserta disiapkan.
  11. Pembacaan doa.
  12. Laporan pemimpin apél kepada Pembina apél bahwa apél telah selesai.
  13. Penghormatan umum kepada Pembina apél.
  14. Pembina apél diperkenankan meninggalkan lapangan apél.
  15. Peserta dibubarkan.



Petugas apél

  1. Protokol
  2. Pemimpin upacara
  3. Petugas pembaca 7 prinsip dasar gerakan Palang Merah Internasional
  4. Petugas pembaca Tribakti Palang Merah Remaja
  5. Petugas dirijen dalam menyanyikan lagu ‘Indonesia Raya’ dan ‘Mars Palang Merah Indonesia’.
Selain itu, juga dibutuhkan pembina dan peserta apél.

0 komentar:

Pertolongan Pertama


Pada Korban Trauma
Sumber : http://catatandias.blogspot.com


Yang dimaksud dengan korban trauma adalah korban yang mengalami gangguan fisik, yaitu berupa benturan dengan benda keras. Penyebab terjadinya benturan bisa bermacam-macam, seperti jatuh, kejatuhan benda, atau kecelakaan lalu lintas.

Berdasarkan tingkat cideranya, korban trauma dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu trauma ringan (non significant) dan berat (significant). Korban dikatakan trauma ringan bila mengalami cidera yang kemungkinan kematian dan cacatnya kecil, seperti terkilir, luka bakar ringan, terpeleset, dan lain-lain. Korban dikatakan trauma berat jika kemungkinan kematian atau cacat permanennya besar. Cidera yang dikelompokkan dalam trauma berat antara lain:

- Terlempar dari kendaraan bermotor yang melaju kencang
- Kecelakaan mobil hingga terbalik
- Jatuh dari ketinggian lebih dari 2 m
- Kecelakaan dengan patah tulang besar (seperti tulang paha)
- Kecelakaan banyak penumpang, seorang penumpang meninggal, maka orang di sebelah orang tersebut dikategorikan trauma berat
- Korban yang tidak sadar dan tidak diketahui mekanisme kejadiannya dianggap trauma berat

Penanganan korban trauma sedikit berbeda dengan dengan penanganan korban medis. Pemberian pertolongan pada korban trauma memerlukan pemeriksaan seluruh bagian tubuh. pemberian pertolongan juga harus ekstra hati-hati apabila ada indikasi korban mengalami cidera tulang spinal, yaitu cidera tulang belakang mulai dari tulang leher hingga tulang ekor. Cidera pada tulang spinal merupakan cidera yang paling sensitif. Jika penanganannya salah, korban bisa meninggal dunia.


Pada dasarnya penanganan korban trauma mengikut langkah-langkah berikut ini:

Penilaian keadaan

Penilaian keadaan merupakan tindakan pertama yang harus dilakukan jika menemui korban yang memerlukan bantuan. Hal yang harus dinilai pertama kali adalah masalah lingkungan, apakah lingkungan aman untuk memberikan pertolongan atau tidak. Jika tidak, korban bisa dipindahkan ke tempat yang aman, tentu saja dengan syarat pemindahan tersebut memungkinkan dan tidak membahayakan korban. Jika korban terindikasi mengalami cidera spinal, sebaiknya pemindahan dilakukan oleh orang yang sudah berpengalaman dan dengan peralatan yang sesuai karena cidera spinal membutuhkan penanganan yang sangat hati-hati.

Setelah lingkungan dirasa aman, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan informasi mengenai kejadian yang dialami korban. Informasi ini dapat diperoleh dari korban atau saksi mata. Langkah terakhir pada penilaian keadaan ini adalah meminta bantuan, terutama bantuan untuk merujuk korban ke instalasi kesehatan terdekat.

Penilaian dini

Penilaian dini adalah pemeriksaan awal terhadap korban. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang bersifat mendasar, berhubungan dengan kelangsungan hidup korban, sehingga harus segera dilaksanakan. Penilaian dini meliputi:

- Pemeriksaan kesadaran korban

Tingkat kesadaran korban dapat dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu awas/kesadaran penuh, respon terhadap suara, respon terhadap nyeri, dan tidak sadar sama sekali. Dalam pemeriksaan ini buatlah tes terhadap penglihatan, misal dengan menggerakkan jari di depan korban. Jika korban memberi tanggapan, berarti korban dalam keadaan sadar. Jika tidak, pemeriksaan dilanjutkan dengan tes suara, misal dengan dipanggil. Jika ada tanggapan, maka korban respon terhadap suara. Jika tidak, korban bisa distimulasi dengan rasa sakit dengan cara mencubit lengan atas bagian dalam, dekat ketiak, atau dengan menekan dada. Jika ada tanggapan, dilihat dari perubahan raut muka atau tanda-tanda sakit yang lain, maka korban respon terhadap nyeri. Jika tidak ada tanggapan, maka korban benar-benar tidak sadar.

- Pemeriksaan saluran nafas (airway)

Pemeriksaan saluran nafas bertujuan untuk membebaskan dan membuka jalan nafas. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara membuka mulut dan mengamati apakah ada benda yang berpotensi menyumbat saluran pernafasan. Jika ada, benda tersebut harus dikeluarkan. Jika tidak, langkah selanjutnya adalah menekan dahi dan mengangkat dagu korban sehingga kepala korban berada pada posisi tengadah. Posisi ini akan mempertahankan terbukanya saluran pernafasan.

Pembukaan saluran pernafasan dengan menekan dahi dan mengangkat dagu tidak bisa dilakukan pada korban yang mengalami patah tulang leher. Untuk korban seperti ini, pembukaan saluran pernafasan dilakukan dengan metode jaw thrus, yaitu dengan mendorong rahang korban ke depan (posisi rahang seperti cakil).

- Pemeriksaan nafas (breathing)

Pemeriksaan nafas bertujuan untuk mengetahui apakah korban bernafas dengan normal atau tidak. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mendekatkan telinga dan pipi penolong ke hidung korban dan mata penolong tertuju pada dada atau perut korban. Lihat pergerakan dada atau perut saat korban bernafas, dengar suara nafas korban, rasakan hembusan udara yang keluar dari hidung, dan hitung jumlah hembusan nafas korban selama 5 detik. Apabila pada pemeriksaan nafas ini diketahui korban tidak bernafas, berikan nafas buatan dengan cara meniup mulut korban dan menutup hidungnya setiap 5 detik.

- Pemeriksaan sistem sirkulasi darah (circulation)

Pemeriksaan ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa jantung korban berfungsi dengan baik. Pemeriksaan dilakukan dengan cara menyentuh nadi karotis di leher selama 3 – 5 detik. Jika tidak ada denyut nadi, lakukan resusitasi jantung paru.

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengetahui cidera yang dialami korban. pemeriksaan ini berprinsip pada 2 hal, yaitu menyeluruh pada semua bagian tubuh dan dilakukan secara sistematis dan berurutan. Pemeriksaan dilakukan dengan penglihatan (inspeksi), perabaan (palpasi), dan pendengaran (auskultasi). Keberadaan cidera pada korban dapat diketahui melalui adanya perubahan bentuk (berhubungan dengan cidera otot dan tulang), luka, nyeri, atau bengkak.

Pemeriksaan fisik melalui urutan sebagai berikut:

- Pemeriksaan kepala

- Pemeriksaan mata

Periksa kondisi dan reaksi pupil terhadap rangsang cahaya. Jika pupil mata kanan dan kiri tidak sama besar atau ukurannya lebar sekali, ada indikasi korban mengalami gangguan syaraf/syok.

- Pemeriksaan hidung

Periksa apakah ada darah, cairan bening, atau keduanya di hidung korban. jika ada, kemungkinan korban mengalami benturan kepala/gegar otak.

- Pemeriksaan telinga

- Pemeriksaan mulut

- Pemeriksaan leher

Periksa apakah ada pelebaran vena atau memar di leher. Jika ada, kemungkinan korban mengalami cidera spinal bagian tulang leher.

- Pemeriksaan dada

- Pemeriksaan perut


- Pemeriksaan panggul


- Pemeriksaan tungkai dan kaki

Pemeriksaan ini melibatkan gerakan, sensasi, dan sirkulasi. Pemeriksaan gerakan dilakukan dengan meminta korban menggerakkan kaki (khusus untuk korban sadar). Jika tidak bisa, kemungkinan ada cidera di otot tungkai dan kaki. Pemeriksaan sensasi dilakukan dengan menekan jari kaki tertentu dan menanyakan jari apa yang sedang ditekan (khusus untuk korban sadar). Jika korban salah menjawab atau tidak merasakan apa-apa, kemungkinan ada kerusakan di syaraf. Pemeriksaan sirkulasi dilakukan dengan cara menyentuh nadi di mata kaki dan di punggung kaki (dilakukan pada korban sadar maupun tidak sadar). Jika tidak ada denyut nadi, kemungkinan korban mengalami pendarahan.

- Pemeriksaan lengan dan tangan

Pemeriksaan di lengan dan tangan sama dengan pemeriksaan di tungkai dan kaki, yaitu pemeriksaan yang melibatkan gerakan, sensasi, dan sirkulasi. Nadi yang diperiksa pada pemeriksaan ini adalah nadi di pergelangan tangan.

- Pemeriksaan punggung

Pemeriksaan punggung biasanya dilakukan teakhir, yaitu saat korban dipindahkan ke atas tandu atau papan spinal.

Pemeriksaan tanda vital

Pemeriksaan tanda vital ini meliputi:

- Pemeriksaan pernafasan

Normalnya, manusia dewasa bernafas sebanyak 12 – 20 kali per menit. Jika lebih dari 30 kali per menit, kemungkinan korban mengalami syok.

- Pemeriksaan nadi

Pemeriksaan nadi bisa dilakukan di nadi pergelangan tangan, untuk korban sadar, atau di nadi leher, bagi korban tidak sadar. Normalnya, denyut nadi manusia adalah 60 – 90 kali per menit. Jika lebih dari 150 kali per menit, kemungkinan korban mengalami syok.

- Pemeriksaan tekanan darah

Pemeriksaan tekanan darah dilakukan jika tersedia peralatannya. Normalnya tekanan darah manusia 100 – 140 mmHg untuk sistol dan 60 – 90 mmHg untuk diastol. Jika tekanan darah korban 50/35 mmHg (sistol/diastol), kemungkinan korban akan meninggal dunia.

- Pemeriksaan suhu tubuh

Normalnya suhu tubuh manusia 36 – 37 oC. Jika tidak ada termometer, pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan membandingkan suhu tubuh korban dengan penolong. Caranya adalah dengan merasakan/menyentuh dahi korban dan penolong secara bersamaan.


- Pemeriksaan warna kulit


Penatalaksanaan

Yang dimaksud dengan penatalaksanaan adalah pertolongan yang diberikan pada korban. Pertolongan diberikan berdasarkan prioritas luka yang dialami korban. Prioritas tersebut meliputi (urutan menunjukkan urutan penanganan):

1. henti jantung dan nafas, ditolong dengan resusitasi jantung paru
2. pendarahan, ditolong dengan pengendalian pendarahan
3. luka bakar, ditolong dengan perawatan khusus luka bakar
4. patah tulang, dislokasi sendi dan tulang, ditolong dengan immobilisasi dan fiksasi
5. tidak sadar, ditolong dengan pemberian rangsangan hingga sadar

Pemeriksaan berkala

Pemeriksaan berkala dilakukan setelah penatalaksanaan hingga korban dirujuk ke instalasi kesehatan. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan respon, jalan nafas, pernafasan, nadi, keadaan kulit, suhu, penatalaksanaan, dan menjaga komunikasi (untuk korban sadar). Jika tanda vital normal, pemeriksaan dilakukan setiap 15 menit. Tapi jika tanda vital tidak normal, pemeriksaan dilakukan setiap 5 menit.

Pelaporan

Pertolongan yang telah diberikan harus dilaporkan ke instalasi kesehatan yang menerima korban. Format pelaporan bisa mengikuti format berikut ini:

0 komentar:

Kamis, 12 Agustus 2010

Tingkatan PMR


Di Indonesia dikenal ada 3 tingkatan PMR sesuai dengan jenjang pendidikan atau usianya
  1. PMR Mula adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Dasar (10-12 tahun). Warna emblem Hijau
  2. PMR Madya adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Menengah Pertama (12-15 tahun). Warna emblem Biru Langit
  3. PMR Wira adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Menengah Atas (15-17 tahun). Warna emblem Kuning

0 komentar:

Tribakti PMR


dalam PMR ada tugas yang arus dilaksanakan, dalam PMR dikenal tri bakti yang harus diketahui, dipahami dan dilaksanakan oleh semua anggota. TRIBAKTI PMR (2009) tersebut adalah:
  1. Meningkatkan keterampilan hidup sehat
  2. Berkarya dan berbakti di masyarakat
  3. Mempererat persahabatan nasional dan internasional.

0 komentar:

Pendidikan dan Pelatihan PMR


Untuk mendirikan atau menjadi anggota palang merah remaja disekolah, harus diadakan Pendidikan dan Pelatihan Diklat untuk lebih mengenal apa itu sebenarnya PMR dan sejarahnya mengapa sampai ada di Indonesia, dan pada diklat ini para peserta juga mendapatkan sertifikat dari PMI. Dan baru dianggap resmi menjadi anggota palang merah apabila sudah mengikuti seluruh kegiatan yang diadakan oleh palang merah remaja disekolah.
PMI mengeluarkan kebijakan pembinaan PMR:
  1. Remaja merupakan prioritas pembinaan, baik dalam keanggotaan maupun kegiatan kepalangmerahan.
  2. Remaja berperan penting dalam pengembangan kegiatan kepalangmerahan.
  3. Remaja berperan penting dalam perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan proses pengambilan keputusan untuk kegiatan PMI.
  4. Remaja adalah kader relawan.
  5. Remaja calon pemimpin PMI masa depan.
Tujuan pembinaan dan pengembangan PMI masa depan:
  1. Penguatan kualitas remaja dan pembentukan karakter.
  2. Anggota PMR sebagai contoh dalam berperilaku hidup sehat bagi teman sebaya.
  3. Anggota PMR dapat memberikan motivasi bagi teman sebaya untuk berperilaku hidup sehat.
  4. Anggota PMR sebagai pendidik remaja sebaya.
  5. Anggota PMR adalah calon relawan masa depan.

0 komentar:

Mars-Mars PMI


Hymne Palang Merah Indonesia

DOWNLOAD HYMNE PMI

Palang merah Indonesia
Wujud kepedulian nyata
Nurani yang suci
Untuk membantu menolong sesama
PMI
Siaga setiap waktu
Berbakti, dan mengabdi
Bagi hidup manusia
Agar sehat sejahtera di seluruh dunia

Mars Palang Merah Indonesia

DOWNLOAD MARS PMI

Palang Merah Indonesia Sumber kasih umat manusia Warisan luhur, nusa dan bangsa Wujud nyata pengayom Pancasila
Gerak juangnya keseluruh nusa Mendarmakan bhakti bagi ampera Tunaikan tugas suci tujuan PMI Di Persada Bunda Pertiwi
Untuk umat manusia Di seluruh dunia PMI menghantarkan jasa
Lagu yang pertama kali dikumandangkan tahun 1967 ini adalah ciptaan Mochtar H. S. yang adalah seorang tokoh PMI yang terkemuka waktu itu. Lagu ini juga menandai pembentukan Palang Merah Remaja (PMR) Kudus. PMR Kudus merupakan yang kedua di Indonesia setelah Bandung. Bisa dibayangkan, PMI Kudus pada masa itu adalah cabang terkemuka di Indonesia.


Mars Palang Merah Remaja

DOWNLOAD MARS PMR

Bhakti Remaja
Palang Merah Remaja Indonesia warga Palang Merah sedunia
Berjuang berbakti penuh kasih sayang untuk rakyat semua
Bekerja dengan rela tulus ikhlas untuk yang tertimpa sengsara
Puji dan puja tidak dikejar… mengabdi tuk sesama…

Putra Putri Palang Merah Remaja Indonesia
Abdi rakyat sedunia luhur budinya
Putra Putri Palang Merah Remaja Indonesia
Abdi rakyat sedunia mulya citanya

0 komentar:

7 Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah Internasional


  1. Kemanusiaan (humanity)
  2. Kesamaan (impartiality)
  3. Kenetralan (neutrality)
  4. Kemandirian (independence)
  5. Kesukarelaan (voluntary service)
  6. Kesatuan (unity)
  7. Kesemestaan (universality)

0 komentar:

Basis Masyarakat


Guna mengantisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi pada saat-saat yang akan datang saat ini PMI tengah mengembangkan Program Community Based Disarter Preparedness (Kesiapsiagaan Bencana Berbasis Masyarakat). Program ini dimaksudkan mendorong pemberdayaan kapasitas masyarakat untuk menyiagakan dalam mencegah serta mengurangi dampak dan risiko bencana yang terjadi di lingkungannya. Hal ini sangat penting karena masyarakat sebagai pihak yang secara langsung terkena dampak bila terjadi bencana.
Selain itu di Palang Merah Indonesia juga marak di selenggarakan pelatihan untuk Pertolongan Pertama Berbasis Masyarakat (Community Based First Aid/ CBFA)
Pada dasarnya seluruh gerakan kepalangmerahan haruslah berbasis masyarakat, ujung tombak gerakan kepalangmerahan adalah unsur unsur kesukarelaan seperti Korps Sukarela atau KSR maupun Tenaga Sukarela atau TSR dan juga Palang Merah Remaja atau PMR dan seluruh unsur ini selalu berbasis pada anggota masyarakat sesuai salah satu prinsip kepalangmerahan yaitu kesemestaan

0 komentar:

Kemanusiaan dan Kerelawanan


Dalam berbagai kegiatan PMI komitmen terhadap kemanusiaan seperti Strategi 2010 berisi tentang memperbaiki hajat hidup masyarakat rentan melalui promosi prinsip nilai kemanusiaan, penanggulangan bencana, kesiapsiagaan penanggulangan bencana, kesehatan dan perawatan di masyarakat, Deklarasi Hanoi (United for Action) berisi penanganan program pada isu-isu penanggulangan bencana, penanggulangan wabah penyakit, remaja dan manula, kemitraan dengan pemerintah, organisasi dan manajemen kapasitas sumber daya serta humas dan promosi, maupun Plan of Action merupakan keputusan dari Konferensi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah ke-27 di Jenewa Swiss tahun 1999.
Dalam konferensi tersebut Pemerintah Indonesia dan PMI sebagai peserta menyatakan ikrar di bidang kemanusiaan.
Hal ini sangat sejalan dengan tugas pokok PMI adalah membantu pemerintah Indonesia di bidang sosial kemanusiaan terutama tugas-tugas kepalangmerahan yang meliputi: Kesiapsiagaan Bantuan dan Penanggulangan Bencana, Pelatihan Pertolongan Pertama untuk Sukarelawan, Pelayanan Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat, Pelayanan Transfusi Darah. Kinerja PMI dibidang kemanusiaan dan kerelawanan mulai dari tahun 1945 sampai dengan saat ini antara lain sebagai berikut:
  1. Membantu saat terjadi peperangan/konflik. Tugas kemanusiaan yang dilakukan PMI pada masa perang kemerdekaan RI, saat pemberontakan RMS, peristiwa Aru, saat gerakan koreksi daerah melalui PRRI di Sumbar, saat Trikora di Irian Jaya, Timor Timur dengan operasi kemanusiaan di Dilli, pengungsi di Pulau Galang.
  2. Membantu korban bencana alam. Ketika gempa terjadi di Pulau Bali (1976), membantu korban gempa bumi (6,8 skala Richter) di Kabupaten Jayawijaya, bencana Gunung Galunggung (1982), Gempa di Liwa-Lampung Barat dan Tsunami di Banyuwangi (1994), gempa di Bengkulu dengan 7,9 skala Richter (1999), konflik horizontal di Poso-Sulteng dan kerusuhan di Maluku Utara (2001), korban gempa di Banggai di Sulawesi Tengah (2002) dengan 6,5 skala Richter, serta membantu korban banjir di Lhokseumawe Aceh, Gorontalo, Nias, Jawa Barat, Tsunami di Nangroe Aceh Darussalam, Pantai Pangandaran, dan gempa bumi di DI Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah. Semua dilakukan jajaran PMI demi rasa kemanusiaan dan semangat kesukarelawanan yang tulus membantu para korban dengan berbagai kegiatan mulai dari pertolongan dan evakuasi, pencarian, pelayanan kesehatan dan tim medis, penyediaan dapur umum, rumah sakit lapangan, pemberian paket sembako, pakaian pantas pakai dan sebagainya.
  3. Transfusi darah dan kesehatan. Pada tahun 1978 PMI memberikan penghargaan Pin Emas untuk pertama kalinya kepada donor darah sukarela sebanyak 75 kali. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1980 telah diatur tentang tugas dan peran PMI dalam pelayanan transfusi darah. Keberadaan Unit Transfusi Darah PMI diakui telah banyak memberikan manfaat dan pertolongan bagi para pasien/penderita sakit yang sangat membutuhkan darah. Ribuan atau bahkan jutaan orang terselamatkan jiwanya berkat pertolongan Unit Transfusi Darah PMI. Demikian pula halnya dengan pelayanan kesehatan, hampir di setiap PMI di berbagai daerah memiliki poliklinik secara lengkap guna memberikan pelayanan kepada masyarakat secara murah.

0 komentar:

Sejarah Palang Merah Indonesia


Berdirinya Palang Merah di Indonesia sebetulnya sudah dimulai sebelum Perang Dunia II, tepatnya 12 Oktober 1873.Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan nama Nederlandsche Roode Kruis Afdeeling Indië (NERKAI) yang kemudian dibubarkan pada saat pendudukan Jepang.
Perjuangan mendirikan Palang Merah Indonesia (PMI) diawali 1932. Kegiatan tersebut dipelopori dr RCL Senduk dan dr Bahder Djohan dengan membuat rancangan pembentukan PMI. Rancangan tersebut mendapat dukungan luas terutama dari kalangan terpelajar Indonesia, dan diajukan ke dalam Sidang Konferensi Narkei pada 1940, akan tetapi ditolak mentah-mentah.
Rancangan tersebut disimpan menunggu saat yang tepat. Seperti tak kenal menyerah pada saat pendudukan Jepang mereka kembali mencoba untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional, namun sekali lagi upaya itu mendapat halangan dari Pemerintah Tentara Jepang sehingga untuk yang kedua kalinya rancangan tersebut kembali disimpan.
Proses pembentukan PMI dimulai 3 September 1945 saat itu Presiden Soekarno memerintahkan Dr Boentaran (Menkes RI Kabinet I) agar membentuk suatu badan Palang Merah Nasional.
Dibantu Panitia lima orang terdiri atas dr R Mochtar sebagai Ketua, dr Bahder Djohan sebagai Penulis dan tiga anggota panitia yaitu dr Djoehana Wiradikarta, dr Marzuki, dr Sitanala, mempersiapkan terbentuknya Perhimpunan Palang Merah Indonesia. Tepat sebulan setelah kemerdekaan RI, 17 September 1945, PMI terbentuk. Peristiwa bersejarah tersebut hingga saat ini dikenal sebagai Hari PMI.
Peran PMI adalah membantu pemerintah di bidang sosial kemanusiaan, terutama tugas kepalangmerahan sebagaimana dipersyaratkan dalam ketentuan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 yang telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1958 melalui UU No 59.
Sebagai perhimpunan nasional yang sah, PMI berdiri berdasarkan Keputusan Presiden No 25 tahun 1925 dan dikukuhkan kegiatannya sebagai satu-satunya organisasi perhimpunan nasional yang menjalankan tugas kepalangmerahan melalui Keputusan Presiden No 246 tahun 1963.

0 komentar:

Welcome

Selamat datang di situs PMR Wira SMA N 1 Surakarta


0 komentar:

Blogger Template by Clairvo