Jumat, 27 Agustus 2010

Latgab PMR 2010 Surakarta

31 Juli – 21 Agustus 10
Hello pren, gimana kabarnya nih (luarbiasafantastisyes). Yah begitulah kami harus menjawab salam dari para pengurus PMR PMI cabang Surakarta. Tapi sebelum itu mari kita mundur sedikit pada H- 1 sebelum latgab dimulai. Pas waktu itu toh tmen – temen, tenda buat kontingen smansa harus rela mendapat tempat yang jauuuuh banget dari kesekertariatan, ya pojok – pojok gitu deh. Hal ini disebabkan karena kami telat mendirikan tenda, so sore – sore gituh seorang senior yang bernama Dhi Fadlin yang biasa dipanggil Odik berinisiatif buat mendirikan tenda bersama beberapa teman kita tercinta, Kholif, Wahyu, Lingga, and Fatur.

Lanjut...

Keesokan harinya kami para peserta latgab yang terdiri dari Wahyu, Anton, Hanifah, Khanifah, Galuh, Pita, and Isti, Isna juga kumpul di depan sekolah kita tercinta jam 6 tidak tepat karena ada yang molor – molor gituh. Setelah berdoa, bermodalkan semangat dan niat yang kuat dan disertai dengan ilmu yang pas – pas an, kami berangkat ke bumper.

Sesampainya di bumper...

Kaget dengan posisi tenda cewek yang tidak menguntungkan kami berusaha menerima dengan pasrah. Tenda cowok belum dibangun ya soalnya yang bawa tenda belum datang. Akhirnya tenda cewek disuruh pindah 2x dari tempat semula. Padahal  ga ada yang bisa mbangun tenda. Dengan sedikit akal bulus kami bisa buat tenda cewek berdiri dengan kokoh... ya beneran kokoh. Lokasi tenda yang baru lebih hangat dan nyaman, dekat dengan wese dan dekat dengan tempat parkir, dekat juga dengan tempat wudhu, tapi jauh dari kesekertariatan. Dengan akal licik kami tenda cowok kami dirikan di dekat tenda cewek. Ga ada maksud apa – apa sih, buat rame - rame aja.
Setelah menata barang – barang kami di tenda, kami mengikuti upacara pembukaan yang ditandai dengan pemakaian co card pada masing – masing peserta. Upacara tersebut berlangsung dengan khidmat. Setelah upacara kami dibagi dalam kelompok – kelompok yang terdiri dari 7 prinsip dasar kepalangmerahan yaitu kemanusiaan, kesamaan, kenetralan, kemandirian, kesukarelaan, kesatuan, kesemestaan. Dalam kelompok – kelompok tersebut kami  benar – benar dicampuradukkan dengan peserta dari sekolah - sekolah lain di kota Surakarta ini. Tujuannya adalah kami dapat mempererat tali persahabatan antar unit PMR. Dalam kelompok tersebut kami ditugasi untuk mengenal nama teman – teman baru kami secepat mungkin, kami juga harus membuat yel yel yang seru buat diadu dengan kelompok lain.

Setelah serangkaian acara tersebut kami mendapatkan waktu untuk ishoma. Setelah itu kegiatan kami lanjutkan dengan berjalan menuju ke jembatan di bantaran sungai Bengawan Solo. Di sana kami diuji keberaniannya untuk melakukan rapling, yaitu turun dari jembatan dengan menggunakan tali. Pada awalnya kami takut – takut untuk mencoba, eh tapi akhirnya malah banyak yang ketagihan hehe. Setelah acranya selesai kami dipersilahkan untuk kembali ke tenda kami.

Sore harinya kami membuat kerajinan tangan dari alat dan bahan yang sudah kami bawa. Kami mengerjakannya dengan kontingen masing – masing. Setelah jadi, hasil kerajinan tangan tersebut dipresentasikan di depan seluruh peserta PMR Wira. Kontingen SMA 1 membuat bedug, frame foto, dan boneka orang – orangan.Fungsinya masing – masing adalah : Bedug mengingatkan bahwa sesibuk apapun kita, kita tidak boleh lupa untuk sembahyang, frame foto dapat digunakan untuk menyimpan foto – foto kenangan kita, dan boneka orang – orangan mengingatkan kita supaya tidak hanya memikirkan diri sendiri, tetapi juga orang lain.

Malamnya.....


Hari belum berakhir guys, malam ini kami masih mendapatkan pengarahan dari PMI pusat, nah dalam pengarahan malam itu lagi – lagi kami diberikan materi tentang 7 prinsip dasar kepalangmerahan. Dari serangkaian peristiwa itu kami mengambil kesimpulan bahwa 7 prinsip dasar kepalangmerahan memang sangat vital bagi kita para kawula muda ini, jadi jangan sampai nggak hafal yaa. Setelah acara selesai kami kembali ke tenda. Tidak disangka tidak dinyana kami dibelikan teh hangat dan gorengan. Thx buat yang mbeliin yaa.

Keesokan harinya....

Sebelum mentari mengintip bumi kami sudah bangun dan bersiap – siap menuju ke lapangan. Di lapangan kami mengikuti senam yang di instrukturi oleh mas Maman dan mas Vicky  nama senam itu adalah senam malaikat. Karena judul nya saja senam malaikat maka anggota tubuh yang banyak kami gunakan adalah kedua tangan kami, lha nggak punya sayap -,- . Karena gerakannya yang simple dan sangat mudah untuk ditirukan kamipun kesulitan untuk mempraktekkannya. Bukan soal apa – apa, ya karena gerakannya sangat menyiksa tangan kami. Senam tersebut benar – benar melatih kami sebagai PMR yang harus kuat  dan memiliki ketahanan tubuh yang tinggi.


Seelah mengikuti senam kami dipersilahkan untuk mandi – mandi dan sarapan. Setelah sarapan kami berkumpul berdasarkan kelompok kami masing – masing. Dan kami siap untuk melakukan traveling. Nah traveling ini terbagi dalam 7 pos. Pada pos pertama kami diajari menyanyikan lagu yang sangat asing bagi sebagian besar dari kami, yaitu Bakti Remaja. Pada pos ke dua kami diajari tentang kepemimpinan dan kesatuan dalam kelompok. Pada pos ke tiga kami diajari untuk melakukan assesment dan bidai membidai. Pada pos ke empat kami diajari untuk bisa hidup sehat di dalam keluarga. Pada pos ke lima kami diajak untuk saling membagikan masalah kesehatan remaja. Pada pos ke enam kami diajari cara untuk menyelamatkan diri saat terjadi bencana alam. Pada pos ke tujuh kami diberi materi tentang donor darah, baik dari syarat – syarat sampai manfaat.

Serangkaian acara traveling yang padat pun kami lalui. Kami beristirahat dan bersiap – siap untuk acara selanjutnya. Acara kami yang selanjutnya adalah pembuatan mading. Seluruh bahan yang kami bawa dari rumah pun menjadi hampir percuma karena peraturan yang diberikan panitia bahwa kami harus membuat mading tetapi harus berbahan alami. Nah kami pun dengan sigapnya mengumpulkan rumput – rumput kering, dedaunan kering, dan bahkan ada yang memotong daun pisang.. hehe siapa tuuh. Perang dingin pun dimulai, dengan segala kreatifitas dan kemampuan imajinasi kami, kami berhasil membuat mading yang, yaa lumayan indah lah untuk dijadikan pajangan. Setelah itu kami diberi waktu untuk berkumpul untuk membahas pertunjukan yang akan kami tampilkan pada pensi malam nanti. Setelah diskusi yang cukup lama dan alot akhirnya kami mencapai kata mufakat. Setelah itu kami ishoma lagi.

Malam harinya.....

Di dalam naungan kehangatan api unggun dan syahdunya malam itu kami para peserta latgab malah membuat kegaduhan dengan pertunjukan – pertunjukan yang kami tampilkan. Ada yang seru, ada yang gak maksud, ada juga yang membingungkan. Pokoknya malam yang berkesan deh. Malam itu juga ditutup dengan pentas seni dari panitia latgab. Ada yang sudah kembali ke tenda karena ngantuk, tapi ada juga yang masih setia menonton. Ketika saya wawancarai katanya acara kayak gini sekali seumur hidup mas.

Keesokan harinya....


Hari itu merupakan hari terakhir bagi kami, tetapi bukan berarti kami bisa santai – santai. Justru kegiatan yang paling berat yang akan kami laksanakan ada di hari ini yaitu Penanggulangan Bencana Alam. Dalam kegiatan Penanggulangan bencana alam ini kami bekerjasama sebagai kelompok besar dalam menanggulangi bencana alam. Kami PMR wira juga digabung bersama PMR madya. Kelompok besar ini terbagi menjadi Komandan , Triage, PP, Evakuasi Transportasi, RFL, Rumah sakit Umum, dan Dapur Umum.

Komandan bertugas untuk mengkoordinasi seluruh divisi – divisi dalam PBA ini. Triase bertugas untuk menentukan apakah korban luka ringan, luka sedang, luka parah, atau sudah meninggal, petugas triase dituntut memiliki kemampuan penilaian keadaan yang bagus. PP bertugas untuk menolong korban yang telah ditandai oleh petugas triase, tentunya harus didahulukan yang luka parah. Evakuasi Transportasi bertugas untuk membawa korban dari tempat kejadian ke rumah sakit umum. RFL (Restoring Family Link ) bertugas untuk mempertemukan korban bencana alam dengan anggota keluarganya. Rumah sakit umum merupakan tmpat dimana para korban bencana alam ditempatkan dan ditolong. Dapur umum merupakan tempat untuk menyiapkan makanan bagi tim lain maupun bagi korban bencana alam. Kegiatan inilah yang benar – benar menjadi gong dan sangat menguras tenaga. Walaupun begitu kami menjalaninya dengan sukacita.

Setelah kegiatan PBA kami berkemas – kemas untuk bersiap pulang. Kami mengakhiri acara latgab tersebut dengan upacara penutupan dan ditandai dengan pelepasan co card kami pun resmi telah menunaikan latgab kami. Sebelum benar – benar pulang kami juga sempat berfoto bersama, tanda tangan di baju dan tukar menukar nomer telepon. Buat temen – temen yang belum pernah ikut latgab cobain dehh dijamin JOZZ TENAN. Hehehe. 

0 komentar:

Blogger Template by Clairvo